72 Tahun Kerja Bersama
Agustus adalah bulan bersejarah bagi negeri ini. Penderitaan, rakyat, tangisan anak kecil, ledakan bom, tembakan meriam, dan jutaan peluru yang menembus jantung para pejuang kala itu terhenti. Pekikan kalimat ‘merdeka’tak asing, terdengar di seluruh pelosok negeri. Pemuda-pemudi mengangkat tangan seraya membawa bambu runcing berteriak lantang‘Allahuakbar’penuh dengan semangat kebaharuan menyongsong kemerdekaan. Setelah kekalahan Jepang kepada sekutu di saat dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 Agustus 1945.
Ketika itu, seluruh pejuang Indonesia mempersiapkan diri dalam kemerdekaan Indonesia tanpa disertai dengan adanya pemberian kemerdekaan dari siapapun, termasuk Jepang. Kejadian tersebut, membuat perdebatan antara golongan muda dan golongan tua, dimana golongan tua menunggu situasi hasil keputusan Jepang. Sedangkan dari pihak golongan muda berinisiatif menginginkan kemerdekaan Indonesia segera diproklamasikan tanpa menunggu perintah pihak Jepang.
Tepat pada tanggal17 Agustus 1945 pukul 10.00, Ir Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia bertempat di Jalan PegangsaanTimur 56 Jakarta Pusat dengan naskah, ‘Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjarasek samadan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja’. Dengan dibacakannya naskah tersebut, kilas balik perjuangan bangsa ini berbuah manis.
Sekarang sampailah bangsa ini pada dirgahayunya yang ke-72. Sudut-sudut kota seantero negeri banyak terpampang spanduk dan baliho ber-background warna merah putih, tidak lupa pula dikibarkanlah bendera Republik Indonesia sang dwiwarna‘ lambang suci gagah perwira, di seluruh pantai Indonesia, kau tetap pujaan bangsa’(lirik lagu Berkibarlah Benderaku, karya Ibu Sud). Adapun kalimat kerja bersama diusung menjadi slogan dalam acara peringatan kali ini. Menanggapi tajuk ‘kerja bersama’ yang didengungkan pemerintah, kiranya ada point mendasar untuk ditangkap. Ada pesan apa dari kalimat kerja bersama?,Ada simbol ajaib apakah dari kalimat itu?
Dengan menggunakan pendekatan kebudayaan, kerja bersama sebenarnya sudah terlebih dahulu diapungkan dengan istilah gotong royong. Dalam khazanah kehidupan masyarakat Indonesia, istilah tersebut menempati posisi terhormat sekaligus merakyat. Masyarakat sejak lama sadar betul bahwa sebagai makhluk sosial untuk memenuhi kebutuhannya harus melibatkan orang lain.
Selain itu, gotong royong menjadi perekat sosial paling efektif, terjadis inergi antarpartisipator sehingga kegiatan berjalan lancar, lebih hemat biaya dan memberikan kebanggaan khusus bagi yang terlibat. Selai nitu, gotong royong merupakan pengejawantahan dari kepeduliandan kepekaan sosial. Nah, gotong royong perlu terus didorong dan dilaksanakan agar tidak terkikis budaya individulistis yang tidak sensitif terhadap situasi dan kondisi sekitar.Jerih payah proses perjalanan panjang, setiap darah bercucuran, tetesan air mata keluar, hingga sampailah pada titik dimana nusa bangsa ini mampu berteriak dengan lantang ‘merdeka, merdeka, merdeka’ adalah hasil dari kerja bersama alias gotong royong yang apik setiap insan di negeri ini pada masanya.
Namun sayang seribu kali sayang, pada zaman modern ini penerapan nilai-nilai gotong royong mulai menurun. Orang–orang sudah memikirkan kebutuhan mereka sendiri tanpa memperhatikan lingkungan sekitar. Sikap budaya gotong royong yang semula menjadi sikap hidup bangsa telah mengalami kemunduran.
Hilangnya budaya gotong royong di Indonesia bukanlah pernyataan tanpa bukti dan politis. Banyak permasalahan yang terjadi di Indonesia, mulai rakusnya pejabat yang memperkaya diri sendiri, pelanggaran HAM, hingga perilaku sehari-hari masyarakat, seperti tidak mau antre dan kurang peduli terhadap hak orang lain. Itu semua ialah buktinya. Namun, perilaku itu bisa diubah. Mental dan karakter bisa dibangun. Bersamaan dengan hari jadi ke-72 negeri ini, tentu akan mejadi momentum tepat untuk meninggalkan segala keburukan-keburukan. Mundur untuk melompat lebih jauh memperkuat akseptabilas ‘kerja bersama’, tidak hanya sebagai slogan saja, namun sekaligus diterapkan (terinternalisasi) dalam relung hati setiap insan. Hingga digunakan dalam tata cara hidup bernegara.
Sudah barang tentu, jika demikian hal itu terwujud, maka akan lahir Indonesia baru. Indonesia yang kuat ‘bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’ (pepatah bijak berkata). Sinergitas seluruh elemen dituntut meneriakkan ‘kerja bersama’ demi masa depan bangsa berdikari.Jayalah Indonesia, jayalah merah putihku. Segala kemajemukan yang ada terintegrasi menjadi satu dalam ikatan kebhinekaan. Kembali pada fitrah negeri ini, negeri yang dilahirkan dengan budaya gotong royong.