Sultan HB IX: Refleksi Sejarah Kepemimpinan yang Transformatif
( Bedah Buku A Prince in a Republic karya John Monfries)
Senin (13/4/2015) bedah buku karya John Monfries yang diselenggarakan R.Driyakarya Universitas Sanata Dharma memberikan warna dan wacana tersendiri terkait bagaimana peran dan kontribusi Sultan HB IX dalam konteks pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bagaimana posisi Keraton Yogyakarta sebagai daerah istimewa diterjemahkan dalam konteks peran Sultan HB IX. Sejarah tentang Sultan HB IX cukup banyak mewarnai dialektika dan dinamika sejarah Yogyakarta sebagai daerah istimewa dan Yogyakarta sebagai bagian dari sejarah Indonesia yang tidak terpisahkan.
John Monfries seorang penulis buku A Prince in a Republic merupakan sejarahwan dan pernah belajar di Australian National University (ANU) memiliki perhatian yang serius tentang sejarah Indonesia terutama Yogyakarta. Monfries pernah bekerja sebagai diplomat dan pernah mengikuti Research fellow di ISEAS, Singapura. Buku berjudul A Prince in a Republic yang diterbitkan dalam bahasa Inggris menjadi bentuk dedikasi seorang Indonesianis dalam melihat sejarah dan dinamika kehidupan masyarakat Indonesia masa lalu, khususnya tentang Yogyakarta.
Tafsir sejarah atas biografi Sultan HB IX menunjukkan wacana sendiri. Berbagai tulisan tentang Yogyakarta seperti tulisan Selo Soemardjan yang berjudul Perubahan Sosial Masyarakat Yogyakarta juga telah mewarnai dinamika dan perjalanan sejarah Yogyakarta masa kini terutama dalam konteks struktur masyarakat dan pemerintah masa kolonial Belanda dan Jepang.
Bagaimana perubahan sosial masyarakat Yogyakarta di lihat dalam konteks era kolonial. Begitu juga Monfries melihat sisi lain dari Sultan HB IX secara biografis.John Monfries sebagai sejarawan dan penulis buku memberikan komentar secara umum bagaimana perjalanan hidup Sultan HB IX dengan nama kecil Dorojatun pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa dalam membentuk proses pemikiran dan karakter yang dipunyai oleh Sultan HB IX.
Menurut Monfries, fase pembentukan rasa nasionalisme Sultan HB IX memang berjalan agak terlambat dan kurang daripada aktivis pergerakan pada masanya. Dalam catatan sejarah, memang tidak ditemukan bahwa selama Sultan HB IX di Belanda ia (Dorojatun) sebutan masa kecilnya memang tidak pernah bersentuhan dengan para aktivis pergerakan nasional. Ia menjelaskan bahwa berdasarkan catatan tahunan dari pengasuh atau pengawas mahasiswa asing di Belanda menyebutkan pangeran Dorojatun selalu menjauhkan diri dari politik. John Monfries mengomentari mungkin pada waktu itu anak dari sultan biasanya bijaksana dan waktu itu tidak ketemu dan mungkin pikir ini anak sultan yang konservatif dan tidak ada bukti bahwa mereka berkumpul. Sehingga proses nasionalisme Dorojatun sangat lambat.
St. Sunardi menjelaskan bahwa buku A Prince in a Republic (2015) kaya dengan data dan nuansa serta diolah dengan cara penafsiran yang tidak terburu-buru bahkan kadang-kadang hanya berhenti pada suspensi. Menurut Sunardi, hasil buku ini membuat kita berfikir ulang tentang Sultan Hamengku Buwono IX (HB IX). Kalau HB IX selama ini dihormati baik oleh orang Yogyakarta maupun Indonesia, kita perlu tahu apa sebenarnya yang dihormati yang terdapat dalam buku ini.
HST_SB