Menengok Memori Kolektif Bangsa di Laut
Resensi Buku
Judul buku : Nasionalisme, Laut, dan Sejarah
Penulis : Susanto Zuhdi
Editor : Hurri Junisar
Tahun Terbit : 2014
Penerbit : Komunitas Bambu Jakarta
Tebal : 582 halaman
A.B. Lapian, 1929-2012 mengungkapkan bahwa Indonesia bukan pulau-pulau dikelilingi laut, tetapi laut yang ditaburi pulau-pulau. Ungkapan A.B. Lapian dalam buku ini menarik untuk dicermati bahwa sudah seharusnya kita perlu menengok kembali konsep dan sejarah bangsa Indonesia tentang laut. Istilah menarik yang ditawarkan pada pemerintahan sekarang ini berbicara tentang Indonesia akan menjadi “poros maritim dunia”, jargon ini terkesan sangat bombastik karena muncul berbagai polemik dan pandangan sampai sejauh mana Indonesia siap melaksanakan jargon yang ditawarkan oleh pemerintahan sekarang ini. Ironisnya, sektor laut masih belum menjadi prioritas yang serius dalam persoalan toll laut, kapal, keamanan nasional di laut, dan potensi yang ada belum menjadi unsur pendukung poros maritim dunia.
Buku ini menjadi bagian yang terpenting yang perlu dibaca, berbagai topik muncul terkait isu laut, sejarah, tradisi maritim, Pancasila sebagai dasar historis, belajar dari kearifan masa lalu. Realitas terkini tampaknya pemerintah yang sekarang ini belum mampu menangkap esensi dasar dalam konsep maritim secara luas. Pembacaan atas Nasionalisme masih dimaknai secara sempit bagaimana kita melihat sosok pahlawan di daerah daratan, melihat para pahlawan yang gugur dalam basis kemiliteran tetapi jarang mengungkap tentang persoalan nasionalisme laut. Dengan demikian sejarah tentang laut perlu dibaca ulang sebagai wacana dan upaya untuk merumuskan kebijakan yang strategis di sektor kelautan.
Buku ini mengingatkan kita pada memori bangsa Indonesia yang mengatakan “nenek moyang ku seorang pelaut”, dan ikrar sumpah pemuda yang salah satunya menyebutkan “bertanah air satu”, buku setebal 582 halaman perlu menjadi rujukan dan acuan dalam pendidikan sejarah dan kewarganegaraan yang saat ini belum menyentuh aspek nasionalisme yang luas dalam kerangka pemikiran Indonesia.
Selamat membaca!