Dua yang Meneguhkan Spirit Kebangsaan

Alangkah berbahagianya bangsa ini memiliki Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Dua organisasi masyarakat terbesar dengan pengikut hampir separuh penduduk Indonesia tersebut amat setia mengawal perjalanan bangsa mencapai tujuan nasional sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

Kedua ormas Islam itu tak pernah surut berperan dalam ikut serta melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Karena itu, segenap anak bangsa di Republik ini pasti lebih berbahagia lagi jika Muhammadiyah dan NU terus bergandengan tangan di tengah beragam perbedaan. Keduanya mesti menjadi role model bahwa perbedaan itu, kendati sebuah keniscayaan, mendatangkan rahmat. Rakyat di seluruh Nusantara berharap besar agar Muktamar Ke-33 Nahdlatul Ulama mulai hari ini hingga 5 Agustus di Jombang, Jawa Timur, dan Muktamar Ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan, 3-7 Agustus, kian meneguhkan spirit menyebar rahmat di tengah kemajemukan bangsa.

Salah satunya ialah menegaskan tekad bahwa perbedaan anak bangsa bukan untuk dipertentangkan atau menjadi jalan menuju perpecahan. Bahkan, perbedaan tidak boleh menjadi alasan untuk saling meniadakan. Keduanya mesti kian menggaungkan bahwa persatuan nasional merupakan jalan niscaya mewujudkan cita-cita bangsa.

Tantangan terbesar ialah mengatasi masih munculnya aksi-aksi dan benih-benih intoleransi atas nama perbedaan. Apalagi, keduanya mengusung tema muktamar dengan spirit kebangsaan yang tegas. NU dengan tema Meneguhkan Islam Nusantara untuk peradaban Indonesia dan dunia, sedangkan Muhammadiyah mengusung Gerakan pencerahan menuju Indonesia berkemajuan.

Karena itu, penting bagi para muktamirin (peserta muktamar) menghayati apa yang pernah disampaikan guru bangsa mendiang Nurcholish Madjid. Cak Nur mengibaratkan, jika umat Islam Indonesia, bahkan Indonesia itu sendiri, seekor burung garuda, Muhammadiyah dan NU ialah kedua sayapnya.

Yang menjadi persoalan ialah bagaimana agar dua sayap garuda itu dapat bekerja sama, saling melengkapi untuk bisa terbang tinggi. Burung sulit terbang manakala kedua sayapnya tidak mau mengepak bersama. Oleh karena itu, menjodohkan dan mendekatkan Muhammadiyah dan NU sangat penting agar garuda bisa terbang membawa rakyat di negeri ini menembus angkasa menggapai cita-cita.

Biarkan Muhammadiyah dominan menggarap wilayah urban demi meretas jalan Indonesia berkemajuan. Pun, silakan NU terus berkeringat untuk mewujudkan Islam Nusantara yang kerap terpinggirkan. Selamat bermuktamar, selamat mewujudkan harapan besar jutaan anak bangsa yang ingin segera diterbangkan menuju kesejahteraan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *