Kemandirian Pangan dan Kesejahteraan Bangsa

logo-indonesia-500x250Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang luas totalnya mencapaiĀ  5.193.250 kmĀ² (mencakup daratan dan lautan). Dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa, negara ini menempati urutan ke-4 sebagai salah satu negara terpadat di dunia. Selain itu Indonesia merupakan tempat bertemunya dua rangkaian gunung berapi aktif (ring of fire) sehingga menjadikannya kawasan yang subur. Kesuburan tanahnya menjadikan banyak penduduk memilih mata pencaharian sebagai petani, dari para petani inilah kebutuhan pangan tercukupi.

Dalam sektor pertanian, Indonesia pernah memproduksi beras sebanyak 25.8 ton pada tahun 1984, sehingga mampu melakukan ekspor beras. Hal tersebut merupakan prestasi besar untuk bangsa kita. Seiring berjalannya waktu, kemampuan untuk memproduksi beras sebanyak itu sudah mulai berkurang. Penyebab berkurangnya produksi beras adalah selain karena kemakmuran yang tidak didapatkan oleh pahlawan pangan kita, juga dikarenakan metamorfosa lahan pertanian yang semakin tinggi.

Banyak lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan non pertanian. Lahan-lahan pertanian tersebut disulap menjadi bentuk bangunan baru, seperti pembangunan gedung-gedung tinggi, pembangunan kota mandiri, dan banyak sekali bangunan jenis lainnya yang menghabiskan banyak lahan. Banyaknya pembangunan yang terjadi, sering dianggap sebagai kemajuan sebuah bangsa.

Sejak beberapa waktu yang lalu, indonesia sering disebut sebagai negara berkembang, dan karena itu pemerintah banyak mengeluarkan program-program yang diharapkan mampu menarik investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia. Jika banyak orang asing yang mempercayakan modalnya untuk bangsa ini, maka perekonomian Indonesia akan menjadi baik.

Tapi siapakah yang akan menikmatinya? Seperti pembuatan jalan tol yang membutuhkan banyak lahan, hanya pengguna kendaraan roda empat saja yang menggunakannya, para rakyat kecil yang tidak memiliki kendaraan tidak bisa merasakannya, kecuali dengan memakai jasa angkutan bus. Selain itu, pembangunan kota mandiri memakan banyak sekali lahan, dan sering pembangunan tersebut dilakukan didaerah pinggir kota, yang biasanya dgunakan untuk area persawahan. Ketika area sawah disulap menjadi sebuah bangunan mewah, yang hanya bisa ditinggali oleh orang-orang beruang lebih, dimana petani ini akan bekerja. Dampaknya, produksi pangan dalam negri menjadi semakin kecil, sedangkan jumlah penduduk Indonesia terus bertambah, langkah yang diambil untuk mencukupi konsumsi beras ialah dengan melakukan impor beras pada negara lain. Dengan melakukan impor bahan pangan, membuat bangsa ini menjadi tergantung pada negara lain. Prestasi yang dulu pernah diraih, akan terasa sulit untuk diulang.

Pembangunan sering dikaitkan dengan kemajuan dari negara itu sendiri. Pemerintah saat ini lebih berfokus pada pembangunan infrastruktur, apalagi pasar bebas sudah ada didepan mata. Para pemimpin berlomba-lomba untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di wilayahnya masing-masing guna memberikan kenyamanan. Sebenarnya siapa yang perlu di utamakan, bangsa sendiri atau bangsa asing? Mengapa seolah-olah kenyamanan yang dibuat hanya untuk sebagian kalangan saja, lalu bagaimana nasib rakyat yang lainnya. Sebagian besar tanah nusantara ini telah menjadi milik bangsa asing, market-market besar banyak bermunculan dan pemiliknya adalah orang asing. Seolah kembali pada masa penjajahan, dimana bangsa pribumi bukan pemilik utama atas tanahnya.

Bukan menolak pembangunan yang terjadi di Indonesia, bukan ingin menghentikan modernisasi suatu negara, karena apapun yang dilakukan, modernisasi pasti akan dialami. Akan tetapi menginginkan kemandirian dari bangsa Indonesia yang berawal dari sektor pangan. Andai saja dalam pembangunan dan pertanian itu berjalan seimbang, dalam sebuah kota masih memiliki lahan persawahan, banyak petani yang tersejahterahkan baik itu sebelum masa tanam, ataupun pada masa panen. Pasti permasalahan-permasalahan seperti kekurangan pangan, ketidak tersedianya lahan pekerjaan, dan juga masalah oksigen dapat teratasi.

Dengan banyaknya lahan untuk persawahan, maka banyak pula tumbuhan yang tertanam, dengan hal itu maka oksigen dapat bertambah. Dengan banyaknya lahan persawahan yang ada, maka pembukaan lahan baru yang biasanya dilakukan dengan pembakaran hutan dapat dikurangi.

Angka kemiskinan yang sudah lama menjadi momok untuk bangsa ini dapat teratasi secara perlahan. Tidak ada lagi rakyat yang mati karena kelaparan, jika rakyat sudah tersejahterahkan apakah mungkin kejadian seperti itu masih terjadi. Dengan kembali memikirkan betapa dulu bangsa kita menderita dikarenakan penjajahan, peperangan, banyak orang mati karena wabah penyakit, kelaparan dimana-mana, lalu apa bedanya dengan nasib saudara kita saat ini yang hidupnya harus berakhir karena masalah perutnya yang tidak mampu tercukupi. Masalah pangan negeri ini harus bisa segera diatasi demi kesejahteraan bersama.

Y. Indraswari, Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura

Leave a Reply

Your email address will not be published.