Pesan Nasionalisme dari “Rendang”

Setelah batik, reog Ponorogo, angklung, hingga lagu Soleram dan tari Pendet yang diklaim milik Malaysia, kini giliran rendang juga diklaim made in Malaysia!. Setelah dinobatkan sebagai makan terlezat nomor satu di dunia, rendang memang banyak diminati oleh masyarakat dunia, khususnya Eropa. Ternyata di pasar Eropa banyak beredar rendang dengan stempel Made in Malaysia!

Perusahaan makanan asal negeri jiran yang rajin mengekspor ‘Rendang Malaysia’ itu adalah Dewina Food Industries Sdn Bhd dengan produk halal bermerek Brahim’s, mereka mulai menyasar pasar Eropa. Dewina, pelopor produk makanan olahan premium, memanfaatkan pasar Belanda sebagai batu pijakan untuk menembus pasar Eropa. Dewina kini sedang membangun outlet makanan cepat saji untuk penduduk lokal atau penumpang transit. Mereka tak cuma sekadar mendistribusikan saus, pasta, dan produk makanan jadi ala Malaysia. Tapi juga produk rendang, yang diklaim sebagai makanan Malaysia.

Aksi perusahaan dari negeri tetangga yang mengklaim rendang sebagai makanan Malaysia itu memantik kemarahan para pengusaha rendang Indonesia. Pasalnya, rendang merupakan kuliner asli Sumatera Barat. Tidak ada satu pun catatan sejarah yang mengungkap bahwa rendang adalah produk asli Malaysia. Padahal masakan rendang dari Indonesia sudah lama menembus berbagai negara, termasuk Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, bahkan merambah hingga Belanda. Jadi, bukan perusahaan Malaysia yang pertama kali ekspor rendang ke Eropa.

Baik pemerintah hingga para pelaku bisnis Malaysia memang terkesan tak kenal malu. Setelah mengklaim batik, reog Ponorogo, hingga lagu Soleram dan tari Pendet sebagai budaya asli Malaysia, kini mereka mulai mengincar kuliner Indonesia. Tak tanggung-tanggung, makanan rendang yang jelas-jelas bersumber dari Sumatera Barat, turut diklaim Malaysia sebagai makanan khas negaranya.

Rendang merupakan asli milik Indonesia 100 persen dan sudah ada di Tanah Air Indonesia sejak lama, sudah ada sejak nenek moyang menghuni ranah Sumatera Barat.

Rendang berasal dari kata ‘Randang’. Dalam bahasa Padang, berarti pelan. Asal muasal kata itu terkait dengan cara pembuatan dan umur makanan yang relatif lama. Bila ditelisik, rendang ternyata sudah melanglang buana sejak abad ke-8. Sejak sebelum adanya kerajaan Adityawarman, kurang lebih abad ke-8, rendang itu sudah ada. Konon, warga Minang kerap membawa rendang ke Malaysia. Maklum, orang Minangkabau membawa tradisi makanan khasnya saat merantau. Dan rendang termasuk makanan favorit yang menjadi bekal di perjalanan. Kelebihan rendang, selain terkenal sebagai makanan yang tahan lama, juga bercita rasa pedas. Namun ketika sudah sampai di lidah, rasa pedasnya akan hilang. Makanan lezat ini dibuat dari daging, kelapa, cabai, rempah-rempah. Selain santan yang diaduk lama sampai mengering, kunci utama dari rendang yakni rasa pedas. Tapi rasa pedas akan hilang setelah kita mengonsumsi banyak air. Lebih spesifik, kunci kelezatannya hanya masyarakat Padang yang tahu.

Kini, makanan asli Minangkabau yang kaya bumbu ini telah dipasarkan oleh Malaysia ke Belanda, bahkan menembus pasar Eropa. Setelah Rendang dinobatkan oleh CNN sebagai makanan terlezat nomor satu di dunia tak ada alasan bagi pemerintah Indonesia untuk mematenkannya.dan akhirnya Rendang sebagai makanan khas asli Indonesia, kini kita tak perlu ragu mengatakan itu ketika ada negara lain yang mengklaim rendang sebagai warisan budaya mereka. UNESCO telah mengakui rendang sebagai makanan khas Indonesia dengan nomor registrasi 776.

Rendang bagian dari duta bangsa Indonesia sekaligus menegakkan kedaulatan bangsa. Mulailah mencitai Indonesia dengan bangga menyantap makanan Indonesia bukan karena harga, tapi karena kita Bangsa INDONESIA!.

Sumber : diolah dari belirendang.com dan republika.co.id