Interfaith Discussion: “Religious Inter-Connectivity”

 

IMG_9844Fenomena keberagaman dan keagamaan di Indonesia sering menyebabkan ketegangan di masyarakat. Ketegangan yang muncul sering terjadi merujuk pada persoalan metode beribadah, tempat ibadah, dan persaingan politik (kedudukan dalam sistem pemerintahan di negara Indonesia), konflik yang disebabkan oleh karena persoalan perbedaan keyakinan dan aliran kepercayaan masih mewarnai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Agama dalam ranah private (pribadi) belum menyentuh pada akar kebudayaan masyarakat dan aplikasi nilai-nilai universal kemanusiaan. Agama dalam ranah private, justru banyak memfokuskan persoalan ritual dan dogma. Agama sebagai media transformasi untuk membangun moralitas umat, manusia, dan toleransi dalam prakteknya belum banyak berkontribusi dalam kehidupan sehari-hari.

Di Indonesia, berbagai kelompok keagamaan muncul dan berkembang dengan model dan kegiatan yang beragam. Kelompok keagamaan pada level masyarakat bergerak dan berkegiatan untuk memenuhi hasrat religiusitas. Sedangkan kelompok keagamaan pada level akademik seperti yang di kampus yang terwadahi dengan organisasi kerohanian bergerak dalam wilayah rutinitas mengisi waktu luang yang bersifat rohani. Namun, disisi lain, ada komunitas keagamaan di wilayah kampus bergerak sebagai media atau kendaraan politik dari salah satu partai politik tertentu di Indonesia. Hal ini tidak menutup kemungkinan, bagaimana agama bisa menjadi wilayah politik, sosial, budaya, ekonomi, dan intelektual.

Interfaith discussion ini dirancang dan didesign untuk memberikan wadah bagi mahasiswa yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda untuk berkomunikasi, bertukar pandangan dan pengalaman, serta mendialogkan kontekstualisasi agama pada era global sekarang ini. Interfaith discussion kali ini mengambil tema “Religious Inter-connectivity”, pemahaman pada inter connectivity tidak hanya sebatas bagaimana masyarakat Indonesia yang beragama berkomunikasi dan berhubungan satu dengan yang lain tetapi bagaimana agama bersinggungan dengan persoalan-persoalan kontemporer dan kebangsaan. Indonesia sebagai negara yang memiliki basis ideologi Pancasila, perlu dilihat secara komprehensif.

Bagaimana pandangan mahasiswa terhadap peran dan posisi Pancasila dalam konteks kehidupan beragama di Indonesia. Kedua, bagaimana mahasiswa atau komunitas kerohanian kampus melihat isu keagamaan dan kebangsaan. Ketiga, bagaimana pandangan mahasiswa terhadap keyakinan keagamaan yang dipilihnya. Keempat, bagaimana mahasiswa membangun komunikasi dan berdialog antar umat beragama yang berlainan lewat organisasi yang dibentuknya. Diskusi ini juga akan menghadirkan mahasiswa dari Amerika Serikat yang tergabung dalam SIT Study Abroad untuk membahas bagaimana isu toleransi dan keagamaan di Amerika Serikat berkembang dan keyakinan dipertahankan atas dasar apa hak individual atau hak alamiah?.

IMG_9872Para peserta dan presenter dalam acara Interfaith discussion adalah mahasiswa. Tujuannya adalah bagaimana generasi muda bangsa Indonesia mampu menjadi kader dan memiliki rasa kepedulian terhadap persoalan keagamaan yang kontekstual dan mampu menjadi jembatan untuk mengatasi persoalan intoleransi agama dalam berbagai model yang terjadi di kalangan generasi muda dan masyarakat sekitar. Program Interfaith discussion mengatakan bahwa ‘kegiatan ini menjadi bagian penting dalam upaya untuk menyemai benih kerukunan umat beragama dan menjalin komunikasi lintas iman di antara mahasiswa yang beragam’, Acara interfaith discussion ini juga melibatkan beberapa Unit Kerohanian Mahasiswa di Universitas Gadjah Mada seperti MISKAM, KAMADHIS, KMHD, UKK, PMK, komunitas Sinergi Bangsa, Pancasila Study Club, dan komunitas Pegiat Pancasila.

Kegiatan ini difungsikan untuk melihat bagaimana para generasi muda dan mahasiswa lokal dan Internasional itu dapat berinteraksi satu dengan yang lainnya. Acara ini melibatkan 9 mahasiswa dari Amerika Serikat yang tergabung dalam program School of International Training (SIT) Study Abroad dan mahasiswa dari beberapa Universitas di Yogyakarta seperti UGM, UNY, UIN, CRCS, dll. Acara dilaksanakan Jumat, 27 Februari 2015 di Ruang Sidang Lt.2 Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Anna Spencer, Mahasiswi SIT Study Abroad menjelaskan bahwa negara Amerika melalui kebijakannya mencoba untuk memawadahi keberagaman yang ada di Amerika yang juga memiliki persoalan terkait Agama. Spencer, menjelaskan bahwa hubungan agama dan Negara memang ada pemisahan tetapi dalam kehidupan sehari-hari juga ada kelompok komunitas keagamaan yang memiliki cara pandang dan kegiatan keagamaan yang berbeda. Berbeda dengan Ikaika Ramoses, dari Universitas Harvard ini menjelaskan bahwa ia dilahirkan dari etnis minoritas di Hawaii, Amerika Serikat memiliki pandangan yang hamper sama dengan Indonesia terkait dengan keagamaan. Ia menjelaskan bahwa etnis minoritas di Hawaii hampir sama seperti etnis/suku dayak yang memiliki cara beribadah dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan konsep agama lokal.

Para Mahasiswa lokal untuk memberikan pandangan tentang fenomena keberagaman dari berbagai perspektif seperti sejarah, filosofi, dan aspek kehidupan sehari-hari yang dialami oleh para mahasiswa ketika berada di Kampus.

Leave a Reply

Your email address will not be published.